Baru-baru ini agak miris melihat pergolakan politik di Aceh menjelang pemilu 9 april 2014 mendatang, saling serang antar kepentingan politik mulai memprihatinkan. Dari PEMBAKARAN, PENGEROYOKAN, PEMBUNUHAN, hingga PENEMBAKAN yang salahsatunya mengakibatkan tewasnya satu keluarga termasuk anak kecil yang tidak bersalah berumur 1,5 tahun.
( baca berita terkait ).
KEKUASAAN.., ya karena itu, nafsu kekuasaan yang diimpikan ternyata harus mengorbankan nyawa orang lain, miris, sedih dan memprihatinkan kondisi Aceh hari ini. Demokrasi dan kekuasaan telah merenggut nyawa-nyawa manusia, bahkan orang yang tidak berdosa sekalipun. Ternyata tidak cukup korban masa konflik dahulu berjatuhan di Aceh, ternyata tanah yang katanya Nanggroe Aceh Darussalam ( negeri aceh yang damai ) masih saja terus bersimbah darah.
Tidak cukupkah musibah tsunami 2004 silam sebagai peringatan dari Tuhan ? Apakah harus menunggu Allah Swt menjungkirbalikkan bumi Aceh ini seperti yang dialami oleh kaum Nabi Luth, baru mereka menyesalinya ? Sungguh betapa mudahnya menghilangkan nyawa demi kepentingan kekuasaan. PEMBUNUHAN seakan bukan DOSA BESAR, membunuh seakan hal yang lumrah dan biasa. Padahal Nabi Muhammad Saw telah mengatakan, membunuh seorang manusia sama halnya dengan membunuh semua manusia, karena pada hakikatnya menghilangkan nyawa manusia adalah hak Allah Swt semata. Pembunuhan dalam islam hanya dapat dibalas dengan pembunuhan jika berlaku hukum qishas, tidak bisa dengan main hakim sendiri, apalagi membunuh orang yang tidak bersalah, atau membunuh bukan karena alasan kebenaran, seperti membela agama.
Sebagaimana firman Allah Swt ; “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu. sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”. (QS. Al-Maa’idah : 32)
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
(QS. an-Nisa’ : 93)
Apakah dengan membunuh persoalan selesai ? Apakah dengan membunuh kita bisa selamat dari Azab Allah ?
Apakah Azab Allah Swt dianggap ringan dan sepele ?
Ketahuilah,
untuk dosa yang paling ringan saja di neraka adalah kepala yang hangus
meleleh karena memakai sandal dari neraka, sementara membunuh termasuk
kategori Dosa Besar.
“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksaannya ialah orang yang diberi sepasang sandal yang talinya terbuat dari api neraka, lalu mendidihlah otaknya karena panasnya yang laksana air panas mendidih di dalam periuk. Dia mengira tiada seorangpun yang menerima siksaan lebih dahsyat dari itu, padahal dialah orang yang mendapat siksaan paling ringan.” (HR. Bukhari-Muslim).
Kenapa mereka melakukan pembunuhan ? bahkan berulang-ulang. Tidak cukupkah Tsunami yang Allah berikan di dunia ? Tidak takutkah dengan Azab Allah yang sangat dahsyat ? Apakah mereka tidak pernah mendengar firman Allah Swt dan sabda Rasulullah Saw tentang Dosa Membunuh ? Ataukah Para ulama jarang sekali menyampaikannya dalam khutbah atau ceramahnya ? Apakah sosialisasi Alquran dan Sabda Rasulullah terlalu sedikit ? Dimana peran ulama dan umara saat ini ? Penegakan hukum saja tidak cukup jika tidak disertai dengan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat luas. Pemerintah juga harus bertanggungjawab mensosialisasikan Alquran dan Sabda Rasulullah, apalagi di negeri syariat seperti di Aceh ini.
“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksaannya ialah orang yang diberi sepasang sandal yang talinya terbuat dari api neraka, lalu mendidihlah otaknya karena panasnya yang laksana air panas mendidih di dalam periuk. Dia mengira tiada seorangpun yang menerima siksaan lebih dahsyat dari itu, padahal dialah orang yang mendapat siksaan paling ringan.” (HR. Bukhari-Muslim).
Kenapa mereka melakukan pembunuhan ? bahkan berulang-ulang. Tidak cukupkah Tsunami yang Allah berikan di dunia ? Tidak takutkah dengan Azab Allah yang sangat dahsyat ? Apakah mereka tidak pernah mendengar firman Allah Swt dan sabda Rasulullah Saw tentang Dosa Membunuh ? Ataukah Para ulama jarang sekali menyampaikannya dalam khutbah atau ceramahnya ? Apakah sosialisasi Alquran dan Sabda Rasulullah terlalu sedikit ? Dimana peran ulama dan umara saat ini ? Penegakan hukum saja tidak cukup jika tidak disertai dengan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat luas. Pemerintah juga harus bertanggungjawab mensosialisasikan Alquran dan Sabda Rasulullah, apalagi di negeri syariat seperti di Aceh ini.
Semua
harus bertanggung jawab atas terjadinya setiap pembunuhan. Diam dari
tindakan kezaliman adalah kezaliman. Cuek dengan kemaksiatan dan
kemungkaran adalah kemaksiatan. Setiap kita dituntut untuk mencegah
kezaliman dan kemungkaran dengan segala kemampuan kita. Karena Allah Swt
akan menimpakan musibah tidak hanya kepada si pelaku, tapi juga kepada
orang disekitarnya karena mendiamkannya, sebagaimana firman Allah Swt : "dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya." (QS. Al-Anfaal :25)
Ayat
ini merupakan peringatan bagi orang beriman agar takut terhadap azab
Allah yang tidak hanya menimpa orang yang zalim saja, artinya orang
beriman tidak boleh membiarkan kemaksiatan dan kezaliman yang terjadi.
sebagaimana pesan Rasulullah ;
"Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya (kekuasaan) jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (secara lisan), dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya (merasakan tidak senang dan tidak setuju). Dan itu adalah selemah-lemah Iman". HR.Muslim
Para ulama diantaranya Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah juga mengatakan, "Diam dari menyampaikan kebenaran ( diam melihat kezaliman ) adalah syaithan yang bisu"
"Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya (kekuasaan) jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (secara lisan), dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya (merasakan tidak senang dan tidak setuju). Dan itu adalah selemah-lemah Iman". HR.Muslim
Para ulama diantaranya Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah juga mengatakan, "Diam dari menyampaikan kebenaran ( diam melihat kezaliman ) adalah syaithan yang bisu"
Lalu, apa yang dapat kita lakukan dengan kondisi dan posisi kita hari ini ? Apakah kita termasuk golongan Syaithan yang bisu ??
0 comments:
Post a Comment